Selasa, 14 Desember 2010

Ironis: Kemiskinan yang Dieksploitasi

Sudah bukan rahasia lagi bahwa tayangan atau program acara TV dengan konsep reality show sangat digandrungi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sejak mulai popular empat hingga lma tahun yang lalu reality show telah menjadi salah satu program yang memiliki nilai jual tinggi.

Hingga saat inipun masih dapat ditemukan bermacam-macam program reality show di stasiun-stasiun televisi di Indonesia. Sebut saja “Termehek-Mehek”, “Minta Tolong”, “Realigi”, “Take Me Out Indonesia”, “Indonesia Mencari Bakat”, dan lain-lain. Dari sekian banyak program reality show yang dihadirkan ke hadapan pemirsa, tema-tema tentang kemiskinan masih menjadi salah satu pilihan utama.

Salah satunya adalah Jika Aku Menjadi (JAM) yang ditayangkan di TransTV setiap hari Senin sampai Jumat pukul 18.00 – 18.30 dan Sabtu – Minggu pukul 17.30-18.00. JAM adalah sebuah program realitas yang mengangkat seputar kehidupan orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Nantinya di setiap episode, seorang remaja laki-laki/perempuan akan diajak untuk melihat, mengamati, dan merasakan secara langsung kehidupan sebuah keluargan miskin selama beberapa hari.

Namun ironisnya, tanpa banyak diketahui masyarakat, program-program seperti ini justru malah menjadikan orang-orang miskin sebagai objek eksploitasi. Dengan tujuan memancing emosi dan air mata penonton kehidupan mereka selalu digambarkan serba susah dan serba kekurangan. Dalam salah satu episode bahkan diceritakan bagaimana mereka sampai tidak mampu membeli nasi untuk makan sehari-hari sehingga harus digantikan dengan gaplek.

Sebetulnya, dilihat dari sisi positifnya, memang tayangan ini dapat menimbulkan empati dan simpati bagi yang menonton. Namun mengekspolitasi kemiskinan untuk mendapatkan rating dan keuntungan, apakah layak?

Meivita Ika Nursanti

D2C008049

4 komentar:

  1. hmmm,dilema juga me.. bagai makan buah simalakama,,hehe.. sebenarnya tujuannya baik,mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur dan jangan selalu 'mendongak' ke atas.. Tapi ya tu tadi,,bener bgt, seakan-akan acara ini mengeksploitasi kemiskinan.. Itu masih gaplek, malahan pada salah satu episode yang aku lihat,saking ga mampu beli beras, mereka makan nasi basi loh.. ckckck

    BalasHapus
  2. dan kebanyakan di semarang ya lokasi nya hehehe
    ya seengganya dengan orang2 yang kurang mampu itu masuk televisi, mereka mendapat bayaran untuk sekedar makan hehe

    BalasHapus
  3. setuju sama sukma tapi seharusnya masalah kemiskinan itu dituntaskan bukan hanya diekspos tapi tidak menghasilkan apa - apa bai pemerintah

    BalasHapus
  4. ya... kalau acaranya bawa dampak positif sih its okay..ga masalah. asal ga didramatisir aja lah..
    satu lagi, acara ini membuat suatu konotasi seakan seseorang harus menolong dulu, jadi bukan kita yang termotivasi menolong.

    BalasHapus