Jumat, 05 November 2010

Buku Pop-Up, wow...


Membaca merupakan kegiatan yang sering kita jumpai bahkan dilakukan di masyarakat pada umumnya, entah itu membaca buku pengetahuan seperti sejarah ataupun komik yang digemari anak muda. Sebagian orang lebih memilih membaca buku bacaan dengan format gambar dan tulisan memiliki komposisi yang seimbang karena lebih mudah dipahami.
Tetapi bukan berarti artikel ini mempengaruhi pembaca untuk malas membaca bacaan dimana didalamnya panjang lebar ceritanya. Slogan “Malas pangkal Bodoh” belum berubah dari dulu hingga sekarang atau kapanpun. Setiap masalah pasti ada jalan keluar. Rasa malas dan jenuh setiap membaca bacaan yang panjang? cobalah membaca Buku Pop-up.
Apa itu buku pop-up? Kata pop-up artinya ‘jendela yang muncul secara tiba-tiba’. Maksud dari buku pop-up sendiri yaitu buku bacaan yang didalamnya berisi cerita bergambar timbul dimana gambar itu akan muncul dengan berdiri tegak ketika dibuka tiap halaman buku dengan komposisi warna dan garis yang pas sehingga menarik perhatian pembaca.
Di kota Semarang, buku pop-up jumlahnya terbatas, dan pembuat buku ini pun sangat jarang. Salah satunya Prinada Nusa Aji yang merupakan kreator baru untuk buku pop-up dengan 4 karya dalam pameran tunggalnya awal bulan Oktober 2010 kemarin di aula kecil SMAN 1 Smg.
Ia menjelaskan bahwa membuat pop-up ada beberapa tahapan yang gampang-gampang susah dan menyita banyak waktu. Tahap awal dimulai dengan membuat storyboard untuk menuliskan cerita yang akan ditampilkan dalam buku. Tahap kedua, sketsa gambar sesuai dengan storyboard. Selanjutnya, setelah sketsa gambar selesai, sketsa tersebut di scan dan di edit dengan coloring dan penning pada dan di print. Tahap akhir, sketsa print yang sudah jadi di potong dan dibentuk sesuai gambar yang akan dijadikan pop-up, setelah selesai semua lanjut dibukukan. Ini merupakan tahap yang paling sulit karena harus teliti dan hati-hati.
            Karya-karya buku pop-up pamerannya bertema sejarah yang meliputi bangunan kota lama Semarang seperti Gereja Blenduk, Gedung Marba, Gedung Asuransi Jiwasraya, dan Restoran IBC (Ikan Bakar Cianjur).
Tujuan membuat buku pop-up ini sendiri adalah sebagai media pendidikan bagi pembaca agar peduli terhadap sejarah apapun termasuk kota lama dan sebagai media informasi dibidang pariwisata untuk menawarkan bentuk promosi wisata dan mempromosikan Kota Semarang. Jadi tidak ada salahnya mencoba membaca buku pop-up sejarah ini, dijamin singkat, padat dan dipahami oleh semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa. Selain itu, buku pop-up ini lebih asyik dari buku lain karena di dalamnya sengaja dibuat dengan perpaduan warna –warni agar menstimulasi mata dan otak untuk menangkap informasi tulisan dan gambar yang ada dalam pop-uptersebut secara jelas. Karena terbatas, Buku pop-up bangunan kota lama ini belum diperjualbelikan, masih tersimpan oleh pemiliknya.






(D.Ratna.S)





2 komentar:

  1. tugas ahir saya mau bikin buku pop up, tapi saya sama sekali gak ngarti .itu buku bikinnya gmana... mohon prtunjuk...
    >_< bantulah saya bang.....

    BalasHapus