Minggu, 19 Desember 2010
Kritisi Program TV OVJ
Opera van Java/OVJ merupakan acara bersifat humor yang ditayangkan setiap hari di saluran tv Trans7. Penempatan program tersebut di waktu primetime, membuat acara tersebut dikenal, dan disaksikan masyarakat luas dari segala usia. Hal tersebut tentu menguntungkan bagi pihak televisi, karena bisa menaikkan rating program OVJ. Namun tanpa disadari hal tersebut membawa efek negatif tersendiri bagi para penontonnya.
Karena yang kita tahu, program tersebut menampilkan aksi kekerasan fisik berbau humor yg diperlihatkan dgn aksi pukul pukulan dgn properti panggung, atau juga aksi dorong-dorongan yg dilakukan para pemain. Hal tersebut dapat membawa efek negatif karena jam tayang di waktu primetime artinya itu adalah waktu dimana seluruh anggota keluarga berkesempatan untuk menyaksikan OVJ, dan tentunya ada anak kecil pula yg melihat tayangan tersebut. Hal ini berdampak negatif, karena yg ditakutkan, para anak kecil tersebut akan meniru aksi para pemain kesayangan mereka dengan melakukan pukul-pukulan atau dorongan.
Oleh sebab itu beberapa kali OVJ mendapat protes keras terhadap aksi2 mereka di panggung yang kurang terkontrol tersebut, namun kemudian pihak televisi menanggulangi dengan memberikan keterangan bahwa properti yg digunakan untuk saling memukul terbuat dari gabus. Namun hal ini tidak semena mena bisa menanggulangi efek imitasi yang dilakukan para anak kecil yang meniru aksi pemain OVJ. Sehingga bimbingan orang tua sangatlah diperlukan begitu pula sikap pihak OVJ yang melarang pemainnya untuk bertindak terlalu anarkis dalam setiap shownya.
Amelia Ariyani D2C008008
Kamis, 16 Desember 2010
ONE PIECE is not PEACE for Kids
Program televisi memang tidak bisa jauh dari rating, one piece bisa dikatakan cukup digemari oleh banyak orang khususnya remaja dan dewasa. Namun yang menjadi permasalahan di sini adalah penentuan jam tayang dan target audience. Dalam teorinya, dalam kondisi seperti ini seorang programer pasti akan melakukan analisis dan aksi untuk meyelesaikan permasalahan. hal yang bisa dilakukan antara lain mengubah jam tayang menjadi lebih malam, agar meminimalisir kemungkinan anak-anak menonton, selain itu pihak global TV bisa melakukan klasifikasi program apakah dewasa (D), remaja(R), bimbingan orang tua (BO), atau semua umur (SU). dalam one piece misalnya, bisa disiasati dengan diberikan peringatan sebelum atau sesudah iklan ,bahwa klasifikasi penonton untuk one piece adalh remaja dan dewasa. karena tayangan ini sudah jelas tidak aman untuk anak-anak dan orang tua pun menjadi tidak tenang dengan adanya tayangan ini di jam tayang yang saat ini.
Tugas investigasi
Tetap semangat teman - teman sampai kita selesai investigasi !!
Rabu, 15 Desember 2010
Siapa yang tahu tentang Indoleaks.org?
(mb nurul)
CARI MODAL USAHA, JALAN KAKI SURABAYA-JAKARTA
Awalnya penderita tuna rungu ini berangkat bersama seorang temannya, Bambang Soegiarto (54 tahun). Tetapi ketika baru sampai di Madiun, Bambang tidak kuat dan memutuskan untuk pulang naik bis. Sebenarnya apa tujuan pria kelahiran Semarang ini sampai nekat berjalan kaki melintasi 3 propinsi? Ternyata dia ingin bertemu dengan presiden SBY untuk meminta bantuan untuk membuka usaha kecil-kecilan di Surabaya. Wow, sebuah usaha yang patut diacungi jempol.

Helman sudah 30 tahun tinggal di Surabaya bersama anak dan istrinya. Di sana, dia bekerja sebagai penjahit. dia berharap dapat bertemu dengan presiden atau setidaknya pemeritah yang mau memberinya bantuan. dalam perjalanannya menuju Jakarta, sehari-hari dia tidur di masjid. Untuk mencukupi kebutuhan makan, ternyata banyak orang yang bersimpati dan mau memberinya uang tanpa dia harus meminta belas kasihan.
Raut wajahnya yang sudah tua dan lelah tenggelam dalam semangat yang menggelora. semoga saja Helman berhasil mencapai apa yang diinginkannya. (Estu Gumelar)
Uya Emang Kuya
Namun, sejak Oktober 2010, program ini terkena peringatan dari KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) Jawa Tengah. Lewat pemantauan intensif sejak September hingga Oktober 2010, KPID Jawa Tengah memutuskan tayangan ini tidak layak tayang jam 17.00. beberapa sebab diantaranya adalah sangat berlebihan dalam mendapatkan informasi atas kehidupan pribadi korbannya, Terlalu mengumbar aib keluarga atau kondisi pacaran yang tidak sehat. Selain itu, host juga sering menggunakan kata-kata yang kurang sopan, tidak berbobot seperti tong kosong yang nyaring bunyinya.
Pada akhirnya tidak ditemukan nilai-nilai edukasi dalam program tersebut. Selain itu jam tayangnya berada di sore hari, saat anak-anak beristirahat sebelum jam belajar, maka tayangan tersebut diprotes oleh KPID Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan, tayangan itu akan rawan ditonton oleh anak-anak, padahal tidak ada esensi dari tayangan tersebut yang bernilai pendidikan.
Namun, selain kurangnya nilai edukasi dalam tayangan itu, tayangan ini juga masih bisa bernilai positif untuk masyarakat. Hal tersebut dikarenakan adanya candaan segar dari host. Pembawaan host yang kocak mampu menjadikan tayangan ini sebagai hiburan di tengah maraknya persaingan program hiburan antar stasiun televisi. Namun, kita harus tetap memperhatikan bahwa, sesekali boleh saja mengkonsumsi tayangan ini karena sifatnya yang rekreatif. Namun, untuk jangka waktu yang lama, sepertinya kurang memberikan manfaat bagi pemirsa televisi karena sama sekali tidak berbobot secara pendidikan.
Pindah Jam Tayang, SSTI Tetap “favorit” Ibu-Ibu (tugas online journalism)
SSTI adalah sebuah sitkom dengan latar belakang kehidupan keluarga dalam sebuah lingkungan yang saling bertetanggaan. Mereka adalah keluarga dengan konsep yang sama, yaitu suami yang takluk kepada istrinya. Dalam setiap adegan, ketakutan suami kepada istrinya dibuat sebagai sebuah lelucon yang dapat memancing tawa. Suami yang dibentak-bentak, diperintah dengan kasar oleh istrinya tidak berani memprotes dan hanya menurut saja.
Adegan yang awalnya lucu lama-lama menimbulkan kritik dari berbagai kalangan. Tayangan tersebut secara tidak langsung menghadirkan fenomena kekerasan dalam rumah tangga oleh istri kepada suaminya. KDRT ini bisa hadir dalam bentuk fisik berupa cubitan, jeweran, dan pukulan, atau kekerasan tidak langsung dalam bentuk bentakan. Parahnya lagi adegan ini sering menampilkan sosok anak yang terlihat senang melihat ayahnya yang diperlakukan tidak pantas oleh ibunya. Selain itu, sitkom ini juga menghadirkan cerita dimana semua suami ini suka menggoda janda cantik di pemukiman mereka. Hal ini bisa saja menimbulkan persepsi bahwa semua laki-laki suka menggoda wanita cantik.
Tayangan pada jam prime time ini banyak sekali yang menyaksikan, hal yang diresahkan masyarakat adalah ketika adegan yang ada pada SSTI ditiru dalam kehidupan masyarakat kita sehari-hari. Tayangan ini dapat menjadi contoh buruk bagi keluarga. Namun dipindahnya tayangan ini ke jam 10 pagi apakah sudah tepat? Jam 10 pagi adalah waktu dimana orang-orang bekerja, sementara ibu rumah tangga sedang asyik memasak atau berberes-beres rumah, tentu saja sambil menonton tv. Bisa jadi, ibu-ibu rumah tangga semakin bebas menonton SSTI tanpa pengawasan suami mereka.
Opera Van Java: Dilema antara Kelucuan dan Moralitas
Program Televisi Yang Tidak Memiliki Nilai Edukasi
Saat ini di Indonesia banyak sekali program acara televisi yang tidak memiliki nilai-nilai edukasi. Banyak program yang sebenarnya ditujukan untuk menghibur namun realitanya memunculkan adegan kekerasan, sensualitas, hingga mistis. Program-program acara tersebut bahkan mengekspos ranah privasi menjadi konsumsi publik. Hal semacam inilah yang dapat kita lihat pada acara reality show yang menjamur di berbagai stasiun televisi. Namun sebenarnya apakah reality show ini? Acara realitas atau reality show adalah suatu program acara televisi yang menayangkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya masyarakat biasa (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Acara_realitas). Berikut ini adalah daftar reality show yang ada di Indonesia :- Penghuni Terakhir (ANTV)
- Katakan Cinta (RCTI)
- Termehek - Mehek (Trans TV)
- Take Me / Him Out (Indosiar)
- Bedah Rumah (RCTI)
- Masihkah Kau Mencintaiku (RCTI)
- Uya Emang Kuya (SCTV)
- Katakan Cinta (RCTI)
- Realigi (Trans TV)
- Minta Tolong (RCTI)
Mengapa program Termehek-mehek ini masih memiliki rating yang tinggi? Menurut saya acara-acara dalam televisi selalu mengikuti trend yang sedang digemari masyarakat atau istilahnya sedang naik daun. Ketika suatu program acara sukses, maka akan muncul program-program serupa namun konsepnya berbeda. Konsep acara Termehek-mehek sebenarnya tidak baru karena sebelumnya sudah pernah ada acara kisah pencarian seseorang dengan bantuan tim yaitu Katakan Cinta, Harap-harap Cemas, atau Playboy Kabel. Berdasarkan data AC Nielsen pada akhir tahun 2008, Termehek-mehek merupakan program paling popular dengan rating 7,2 poin dan share 27,3 persen. Program ini memiliki rating yang tinggi karena konsep dan alur cerita yang menjelaskan kisah nyata atau dibuat seakan-akan nyata, menguras air mata, dan ada konflik yang berujung pada pertemuan client dengan target. Misalnya pada episode dimana seorang klien perempuan mendapati kekasihnya sudah meninggal karena sakit, juga pada kisah dimana tim membantu kliennya seorang laki-laki untuk menemukan bekas kekasihnya yang sakit jiwa setelah putus cinta. Alur cerita inilah yang cenderung membuat masyarakat penasaran dan “ketagihan” untuk menyaksikan episode berikutnya. Ditambah lagi acara Termehek-mehek ini tayang pada waktu Prime Time, dimana sebagian besar masyarakat menyaksikan televisi.
suami suami takut istri

Acara Music DAHSYAT di RCTI
Acara musik yang menjadi trendsetter bagi acara serupa ini menyedot perhatian pecinta musik di Indonesia khususnya bagi kawula muda. Dimana acara ini membahas tentang lagu-lagu yang sedang hit di Indonesia, serta mendatangkan bintang tamu yang menambah perhatian para pemirsa dan khalayak yang menyaksikannya. Keunggulan dari program ini adalah menyajikan hiburan musik-musik terbaru bagi khalayaknya.
Program ini bukan hanya mempunyai keunggulan dalam musik yang disajikan, akan tetrapi mempunyai kekurangan dalam penyajiannya. Salah satunya adalah penggunaan kata-kata yang kasar yang diucapkan oleh pembawa acaranya yaitu Olga Saputra. Selain itu juga terdapat kata-kata vulgar yang diucapnya yang semestinya tidak diucapkan.
Primitive Runaway – Menyebarkan Kesesatan Berpikir Mengenai Masyarakat Adat
Namun, seiring dengan popularitas dan gambaran kasat mata yang tercermin dari Primitive Runaway, program yang diproduksi dan ditayangkan Trans Tv ini sebenarnya telah menyimpang dan jauh dari kata mendidik. Bahkan, program ini cenderung menghina suku tertentu. Dari judul acaranya saja yang menggunakan istilah primitif, sudah mengarah pada adanya diskriminasi dan penghinaan. Primitif adalah istilah yang sangat kasar karena mengarah pada seseorang atau kelompok tertentu yang tidak beradab, biadab, ganas, terbelakang, kejam, dan bahkan “belum manusia” . Tujuan dari penggunaan istilah ini jelas untuk merendahkan.
Dalam tiap episodenya, program ini menayangkan kepada penonton, artis selebritis yang menunjukan ekspresi jijik, mimik tidak suka, senyum sinis, lucu, muak dan mual terhadap kebiasaan hidup, makan dan makanan, tradisi dan adat istiadat suku tertentu dalam masyarakat adat di Indonesia. Primitive Runaway mengarah pada diskriminasi negatif terhadap suku tertentu dengan tindakan menayangkan perbedaan hakiki sebagai primitif. Penayangan program yang didukung oleh visualisasi yang penuh rekayasa tersebut paling tidak akan menciptakan rekaman memori bahwa 'suku' yang dipertontonkan sebagai terbelakang.
Lewat sudut pandang yang diambil dalam tiap episodenya, Primitive Runaway menyuguhkan kesesatan dan kebohongan. Beberapa penduduk suku tertentu ditampilkan bodoh, terbelakang, dan jauh dari santun. Ada adegan di mana bintang tamu dipaksa mengenakan pakaian adat, bahkan seorang perempuan tua bertelanjang dada “beraksi” dengan berusaha melepaskan paksa busana “kota” bintang tamu.
Namun, benarkah semua yang terlihat dalam layar kaca tersebut? Benarkah bahwa masyarakat adat adalah bodoh, terbelakang, dan tidak santun. Bahwa masyarakat adat selalu memaksa tamu dari luar untuk turut menjalankan tradisi mereka. Tentu saja, sebagian besar adalah rekayasa yang selama ini memang menjadi mainan para pekerja industri televisi. Melalui Primitive runaway, pekerja industri televisi justru memprimitifkan suku tertentu, seolah menunjukan bahwa penduduk suku tertentu “belum manusia”.
Dalam siaran Primitive runaway Trans TV, Jumat (10/12) lalu, para kru acara ini bahkan melanggar aturan adat istiadat komunitas adat. Episode tersebut merekam kehidupan orang rimba, juga perempuan dan anak-anak di sana. Padahal, tidak semua kelompok orang Rimba, memperbolehkan perempuan dan anak-anak diambil gambarnya. Ada keyakinan tertentu yang melarang kamera, baik foto maupun video, mengambil gambar perempuan dan anak-anak. Namun, semua itu diabaikan oleh kru acara ini demi mengejar rating yang tinggi. Dalam episode yang sama, divisualisasikan pula adegan orang Rimba yang mengejar dan hendak menombak bintang tamu. Padahal, orang Rimba tidak mengenal budaya kekerasan seperti itu.
Inovasi kreasi media untuk tujuan hiburan semata-mata dengan segala maksud dan motif popularitas selebritis dan bisnis dibaliknya memang seolah sudah menjadi hal yang biasa ditengah-tengah kebebasan media sekarang ini. Namun, kebebasan yang diperoleh sudah sepatutnya diikuti oleh hati nurani. Kebebasan yang diperoleh seharusnya diikuti dengan tanggung jawab untuk mendidik khalayak bukan justru untuk mereproduksi dan menyebarkan kesesatan berpikir.
Rahmatul Furqan (D2C008059)
Mengkritisi Program: Uya Emang Kuya
IDOLA CILIK
Idola Cilik adalah suatu acara pencarian penyanyi cilik yang disiarkan oleh RCTI sejak tahun 2008. Acara ini sudah berjalan selama tiga musim atau season, dan untuk sementara break dulu karena diisi oleh acara pencarian bakat sejenis lainnya. Di tiap musimnya, Idola Cilik menampilkan 14-16 kontestan yang akan bersaing tiap minggunya demi mendapatkan posisi juara. Dukungan murni berasal dari SMS pemirsa, sehingga kontestan yang mendapat suara terendah akan tereliminasi, atau di idola Cilik disebut ‘tinggal kelas’.
Acara ini sebenarnya cukup bagus karena pada saat itu tidak ada acara pencarian bakat untuk anak kecil. Dengan begitu, anak-anak kecil yang memiliki bakat nyanyi luar biasa bisa mendapatkan apresiasi tersendiri dari khalayak umum. Apalagi memang kontestan yang berhasil lolos ke babak semifinal mempunyai bakat yang tidak bisa dianggap remeh, ini juga karena juri-juri yang memilih siapa yang berhak lolos adalah seniman-seniman profesional di bidang tarik suara. Selain itu, acara ini bisa dibilang juga sebagai penunjang ekonomi bagi para kontestan yang keadaan ekonomi keluarganya kurang beruntung, sehingga bisa lebih menyejahterakan perekonomian kontestan dankeluarganya.
Akan tetapi acara ini juga memiliki berbagai kekurangan. Misalnya, mengatasnamakan unsur drama anak-anak sebagai aset hiburan dan bisnis. Seperti Kiki yang keadaan ekonomi keluarganya kurang mampu, dan ayahnya yang menderita cacat di beberapa bagian tubuhnya. Tidak seharusnya anak-anak dengan usia 7-14 tahun yang menjadi target Idola Cilik menyaksikan drama kehidupan yang kadang dilebih-lebihkan ini. Selain itu, lagu-lagu yang dibawakan bukannya lagu anak-anak tetapi justru lagu remaja dengan tema cinta-cintaan. Lagu-lagu seperti itu sebetulnya tidak cocok dibawakan oleh anak-anak kecil seusia mereka, yang bahkan bisa saja tidak mengerti arti dari lagu yang mereka bawakan. Tetapi mungkin ini juga dampak dari semakin sedikitnya artis anak-anak dengan lagu anak-anak yang muncul belakangan ini. Lalu kekurangan terakhirnya adalah sistem polling SMS yang dipakai untuk menentukan siapa yang akan menjadi juaranya. Dengan demikian, peran juri malah menjadi tidak terlalu dibutuhkan. Mereka kemudian hanya berperan sebagai sekedar penasihat, bukan penilai utama. Maka, terkadang yang menjadi pemenang bukan kontestan yang memiliki suara paling bagus disbanding kontestan lainnya, tetapi kontestan yang memiliki cerita kehidupan paling menarik, dan berhasil menarik simpati pemirsa untuk mendukungnya. Atau bisa juga pemenangnya adalah mereka yang mampu mengeluarkan modal sebanyak-banyaknya untuk keluarga maupun teman-temannya, agar bisa mengirim SMS terus-menerus. Acara pencarian bakat seperti ini atau yang serupa sebaiknya memakai sistem gabungan antara polling SMS dengan keputusan juri professional, sehingga yang terbaiklah yang berhak untuk menang.
Astrid Henariani - D2C008014
Kritik terhadap acara talk show bukan empat mata
Apa yang akan dikritik terhadap bukan empat mata? disini saya akan mengkritik habis-habisan acara talkshow tersebut.
Acara ini adalah sebuah acara talkshow yang ditayangkan di TV Trans7 ini dibawakan oleh pelawak yang menurut saya gak ada lucu-lucunya ya itu Tukul Arwana. Kita lihat saja setiap malam acaranya sang presenter selalu menjelek-jelekkan para penonton, kadang-kadang menghina bapak (orang tua) dari penonton. Presenter satu ini bukan hanya menjelek-jelekkan istrinya sendiri untuk menjadi bahan lawakan, dan itu ditertawakan oleh penonton, menurut saya itu sesuatu yang tidak pantas.
Kemudian acaranya yang tidak berkualitas dan tidak bermanfaat bagi masyarakat, akan tetapi, mengapa acara talkshow semacam ini bisa mendapat penghargaan pada Panasonic Award. Kita lihat dan dengar saja pertanyaan-pertanyaan yang diluncurkan kepada para bintang tamu sama sekali tidak memotivasi para audience.
Bandingkan saja dengan acara Kick Andy di MetroTV atau Rossy di GlobalTV itu malah lebih bagus, mendidik, memotivasi, acaranya dibawakan oleh orang-orang yang berkualitas dan berpendidikan juga punya norma kesopanan dan pertanyaaan yang berbobot kepada bintang tamu. Kita lihat saja Bukan Empat Mata, pertanyaannya tidak ada bobot sama sekali, dibawakan oleh orang yang tidak berkualitas dan pengetahuan kurang, bahkan laptop yang berada di hadapannya saja di remote/dikendalikan dari jauh oleh para crewnya, dan setiap bintang tamu menjawab pertanyaan selalu diberi tepuk tangan, padahal yang diucap bintang tamu itu bukanlah sesuatu yang "wah" dan itu selalu diberikan applause yang meriah oleh penonton. Ketika melihat itu saya bertanya dalam hati "what the hell?..."
acara ini kan awalnya bernama Empat Mata, akan tetapi karena melanggar aturan acara ini ditutup ingatkah anda pada saat acara empat mata ini menghadirkan sang kanibal yang fenomenal bernama Sumanto yang menayangkan sang kanibal memakan katak hidup-hidup, dan juga masalah sam presenter selalu 'cipika-cipiki' para bintang tamu. Dan mereka tak kehabisan ide, maka dibuat kembali dengan nama Bukan Empat Mata.
Akan jadi apanegara ini jika tayangan televisinya sudah tidak berkualitas dan mendidik seperti ini....
RIJALUL VIKRY
D2C008066
Selasa, 14 Desember 2010
OVJ hiburan yang salah
Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi itu sendiri. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, dll. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news" yang mengangkat berita bersifat ringan.
Pengaturan penayangan program televisi di sebuah stasiun televisi biasanya diatur oleh bagian pemrograman penyiaran atau bagian perencanaan siaran. Pada umumnya, pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu program televisi berdasarkan perkiraan kecendrungan menonton peminat program tersebut. Misalnya, pengaturan jadwal tayang siaran berita di pagi hari disesuaikan dengan kecendrungan peminat penonton siaran berita. Kesuksesan sebuah program TV saat ini diukur oleh tingkat konsumsi program tersebut oleh pemirsa atau biasa disebut rating. Pengukuran rating dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat bernama "people meter" pada beberapa responden. saat ini stasiun televisi yang ada saling berlomba-lomba untuk mendapatkan rating tertinggi dengan berbagai macam program yang ditayangkan. dengan berlomba-lomba mendapatkan rating yang tinggi, kebanyakan program acara televisi yang ada saat ini tidak mengindahkan aturan-aturan penayangan acara program televisi yang ada, dimana salah satunya program acara hiburan seperti Opera Van Java yang memiliki rating tinggi dan ditayangkan pada saat prime time di Indonesia. acara ini memang sangat menghibur, apalagi letaknya di saat yang tepat. tetapi acara ini tidak memperhatikan kualitas hanya memperhatikan kuantitas rating dari acara tersebut, di acara ini terdapat banyak lawakan yang seharusnya tidak ditayangkan, belum lagi kata-kata yang tidak sopan sering dikeluarkan, adegan kekerasan yang dilakukan walaupun alat atau benda yang digunakan terbuat dari benda yang tidak berbahaya. tetapi memang hal itulah yang membuat rating dari acara ini sangat tinggi, jadi acara ini tetap mempertahankan semua lawakan, kata-kata yang tidak sopan, dan adegan kekerasan yang semestinya tidak patut ditayangkan, karena acara ini tidak hanya ditonton orang dewasa dan acara ini diletakkan di prime time, yang berarti semua umur, segala kalangan, dan saat khalayak sedang menonton televisi.
kesalahan yang dilakukan sudah terlanjur lama, sehingga program acara lainnya yang setipe dengan OVJ juga tidak akan mau meninggalkan ciri khas acara tersebut, demi tingkat rating yang diperoleh walaupun acara itu tidak mendidik atau kurang baik. saat inipun khalayak umum diminta untuk bisa lebih bijaksana untuk menonton tayangan program televisi yang ada.
Ardheka rieswirandhi
D2C008012
Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP 2008
Sinema Laga di Stasiun Televisi Indosiar
Sebagian kecil masyarakat seperti kalangan orang tua memang menyukai sinema laga tersebut, namun ada baiknya memberikan tontonan yang lebih dominan selera masyarakat dan mengikuti perkembangan zaman sehingga akan menaikkan ratting stasiun televisi itu sendiri. Dan jika ada anak kecil yang menonton sinema laga tersebut, akan memberikan dampak negatif pada anak, misalnya terdapat adegan pertarungan, bisa saja anak kecil yang menonton akan mengikuti gerakan dalam pertarungan tersebut.
By Robiatul Adawiyah
Ilmu Komunikasi 2008 D2C008071
Intens: Wajah Baru Silet
Oleh : Taufik Rahmad Setyadi N. (D2C008075)
“Kami akan menyajikan berbagai peristiwa setajam silet”
Itulah sedikit petikan dari tagline yang selalu dipekikkan presenter program acara “Silet” ketika memandu tayangan Infotaintment yang cukup ternama ini. Saya akan mendeskripsikan sekilas tentang program Infotainment ini. Silet pada awalnya merupakan program acara feature yang tayang setiap akhir pekan. Program ini menyajikan berbagai human interest dengan tema yang berbeda setiap minggunya. Tidak begitu lama, rating program acara ini “meroket” dan kemudian intensitas penayangannya dalam seminggu bertambah. Selain itu, warna beritanya bertambah dan masih berkisar tentang human interest. Sekian lama program acara silet ini terus menyihir penonton karena tema-tema yang disajikan adalah tema yang sedang hangat di masyarakat. Disaat program acara lain yang mengangkat isu-isu yang berubungan dengan dunia ghaib, seperti : Dunia Lain dan Uka-Uka, Silet turut mencabangkan tema yang ditayangkan dan cukup mendapatkan tanggapan yang bagus dari masyarakat selama kurang lebih dua tahun. Dan akhir-akhir ini, ketika tema-tema yang berhubungan dengan dunia artis mulai digandrungi masyarakat, Silet pun kembali merubah haluannya dan menceburkan program tayangannya menjadi tayangan infotainment. Itulah sedikit deskripsi penulis tentang tayangan Silet yang “mereka” gembor-gemborkan sebagai salah satu pelopor jurnalisme infotainment.
Dalam mengamati fenomena program Silet, penulis akan banyak mengacu pada pemikiran Iswandi Syahputra dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Infotainment : Kancah Baru Jurnalistik dalam Industri Televisi karena dirasa sangat membantu penulis dalam mengamati fenomena program acara ini. Lantas, bagaimana kita menyikapi jurnalisme infotainment? Banyak kesimpangsiuran berkaitan dengan isu-isu jurnalisme infotainment diantara para pekrja jurnalis. Banyak yang berkata bahwa “pekerja infotainment”—saya lebih senang menyebutnya pekerja infotainment karena saya sendiri kurang setuju jika mereka disebut sebagai jurnalis—telah menyalahi berbagai aturan sebagai seorang wartawan. Tetapi, menurut Iswandi Syahputra yang mengutip Berger dan Luckmann, munculnya infotainment merupakan eksternalisasi atas liberalisasi dalam industry media. Sedangkan berbagai penolakan terhadap adanya istilah jurnalistik infotainment merupakan bagian dari proses objektivikasi. Dengan kata lain, kita tidak bisa mengungkiri keberadaan infotainment di tengah-tengah masyarakat karena ini merupakan realitas dalam masyarakat dan masyarakat menerimanya sebagai sesuatu yang wajar. Yang menjadi permasalahannya adalah bukan dari aspek penerimaan wajah infotainment di masyarakat melainkan bagaimana istilah “jurnalistik“ dikaitkan dalam sebuah program acara infotaintment dimana menelanjangi privasi seseorang (artis) dan yang lebih parahnya sering kali artis tidak berdaya ataupun sengaja menyerahkan “’dapur rumah tangga” mereka sendiri untuk menjadi bahan obrolan di masyarakat. Selain itu, pekerja infotrainment tidak bekerja seperti layaknya seorang wartawan yang “sesungguhnya’ yang memegang teguh kode etik jurnalistik.
Silet , sebagai sebuah tayangan infotainment menurut Iswandi Syahputra memiliki Sembilan kesalahan.
Sebagai tindakan atas puncak kekecewaan masyarakat terhadap tayangan infotainment Silet, bebeapa saat lalu muncul somasi dai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Somasi tersebut berkaitan dengan berita bohong yang meresahkan masyarakat berkaitan dengan peristiwa bencana merapi di Yogyakarta. Setelah itu, tayangan Silet menghentikan siarannya beberapa saat dan meminta maaf kepada masyarakat yang merasa dirugikan atas pemberitaan yang tidak benar tersebut.
Kini, Silet berganti nama menjadi Intens untuk merubah image yang telah hancur di mata masyarakat. Dengan mengganti presenter dan temanya lebih terfokus pada kehidupan lain artis, kini Intens tengah berjuang untuk menata diri agar dapat diterima oleh masyarakat.
Sekarang saatnya kita sebagai insane yang melek informasi dapat menyikapi semua secara bijak. Kita tidak bisa mengahakimi suatu tayangan tersebut jelek akan tetapi kita juga harus melihat cover both side bahwa tidak bisa dipungkiri bahwa tayangan tersebut diterima masyarakat. Salam.
SUPERBOY: Bukan Tontonan Anak
Program Acara “Jika Aku Menjadi…” di Trans TV
Meskipun bertugas untuk membantu pemilik rumah, namun ada juga mahasiswi yang justru terkesan ‘manja’ dan merepotkan. Pada episode lain yang mengulas tentang kehidupan pembuat alu (alat penumbuk) dari batu, saya sampai gemas melihat kelakuan si mahasiswi. Baru sebentar memegang alu, dia sudah mengeluh yang macam-macam, berat lah, capek lah. Sudah begitu, bukannya melanjutkan pekerjaan, dia malah menangis karena kecapekan. Akhirnya sang bapak pembuat alu terpaksa meninggalkan pekerjaannya demi menenangkan si mahasiswi. Haduh… Bukannya itu justru malah merepotkan sang pemilik rumah? Selain itu, si mahasiswi biasanya juga mencari tahu kepada mereka, bagaimana rasanya hidup dengan kondisi yang serba sulit itu selama bertahun-tahun, apakah ada keinginan anak mereka yang belum bisa mereka wujudkan, atau adakah sesuatu yang sejak lama mereka impikan, tapi hingga sekarang belum terlaksana. Tidak jarang dalam momen perbincangan ini, mahasiswi menangis mendengar cerita kehidupan mereka yang menyedihkan. Bapak dan ibu pemilik rumah pun sering ikut menangis ketika menceritakan perjuangan hidup mereka yang berat untuk mencari penghasilan.
Dirintis pada akhir tahun 2007, program JAM bisa dibilang sukses mengambil hati para pemirsanya. JAM berbeda dari acara-acara sejenis di stasiun televisi lainnya, karena JAM memperlihatkan seluk beluk perjuangan hidup seseorang untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya melalui pekerjaan yang berat dan melelahkan, tanpa dibubuhi dengan adegan-adegan yang terkesan berlebihan dan didramatisir. Kalau boleh membandingkan, JAM terlihat lebih natural daripada acara Tolong! di RCTI ataupun Bedah Rumah. JAM juga banyak menampilkan pekerjaan yang memprihatinkan, seperti tukang penjual keranjang anyaman bambu, pencari belut, tukang sampah, pembuat batu bata, dan sebagainya. Kondisi tersebut diperparah dengan keadaan ekonomi mereka yang sangat minim, sehingga hal itu mampu membangun empati bagi orang-orang yang menontonnya. Kekurangan JAM adalah pada segi penempatan waktu. Saya kurang setuju jika acara bagus seperti itu ditempatkan pada jam 5 sampai jam 6 sore, karena pada jam-jam itu, orang cenderung mematikan televisinya untuk beristirahat atau mempersiapkan ibadah shalat maghrib.
"Cantik" Ala Bukan Empat Mata
RENY MARUTA WIJAYA
D2C008061
Investigasi Yang Bukan Investigasi
Tentu Anda pernah mendengar atau melihat acara Investigasi Selebriti. Acara yang ditayangkan di Trans TV setiap hari Senin sampai Jumat pukul 17.30 ini menampilkan berita tentang selebritis secara mendalam. Berita mengenai selebritis Indonesia tersebut dikupas selama 30 menit.
Yang menjadi persoalan adalah nama acara dari Investigasi Selebritis. Mengapa diberi nama investigasi? Apakah dalam peliputan menggunakan teknik investigasi atau berita yang disajikan adalah berita investigasi? Jawabannya adalah tidak. Berita yang disajikan lebih kepada berita mendalam atau in-depth reporting, seperti misalnya berita liburan Anang beserta kedua anaknya di Pulau Komodo. Selain itu kebanyakan beritanya tidak menyangkut kepentingan publik, walaupun beberapa kali dibahas topik mengenai isu-isu sosial seperti banjir atau korupsi. Berita yang dihadirkan kebanyakan hanya kegiatan selebritis, pertengkaran selebritis, atau kasus-kasus yang menimpa selebritis Indonesia. Hal tersebut tentu jauh dari yang namanya investigasi.
Terlepas dari nama acara yang agak ‘melenceng’ dari konten acaranya, Investigasi Selebritis masih dijadikan salah satu hiburan yang diminati oleh masyarakat karena acara tersebut disajikan di jam yang mendekati prime time yakni pukul 17.30. Selain itu, kesan acaranya yang ‘glamour’ membuat keunikan tersendiri pada acara tersebut. Untuk persoalan kualitas acara, tentu Anda yang menilai sendiri apakah acara tersebut berkualitas atau tidak.
Septiana Wulandari D2C008072


