Minggu, 19 Desember 2010

Kritisi Program TV OVJ


Opera van Java/OVJ merupakan acara bersifat humor yang ditayangkan setiap hari di saluran tv Trans7. Penempatan program tersebut di waktu primetime, membuat acara tersebut dikenal, dan disaksikan masyarakat luas dari segala usia. Hal tersebut tentu menguntungkan bagi pihak televisi, karena bisa menaikkan rating program OVJ. Namun tanpa disadari hal tersebut membawa efek negatif tersendiri bagi para penontonnya.
Karena yang kita tahu, program tersebut menampilkan aksi kekerasan fisik berbau humor yg diperlihatkan dgn aksi pukul pukulan dgn properti panggung, atau juga aksi dorong-dorongan yg dilakukan para pemain. Hal tersebut dapat membawa efek negatif karena jam tayang di waktu primetime artinya itu adalah waktu dimana seluruh anggota keluarga berkesempatan untuk menyaksikan OVJ, dan tentunya ada anak kecil pula yg melihat tayangan tersebut. Hal ini berdampak negatif, karena yg ditakutkan, para anak kecil tersebut akan meniru aksi para pemain kesayangan mereka dengan melakukan pukul-pukulan atau dorongan.
Oleh sebab itu beberapa kali OVJ mendapat protes keras terhadap aksi2 mereka di panggung yang kurang terkontrol tersebut, namun kemudian pihak televisi menanggulangi dengan memberikan keterangan bahwa properti yg digunakan untuk saling memukul terbuat dari gabus. Namun hal ini tidak semena mena bisa menanggulangi efek imitasi yang dilakukan para anak kecil yang meniru aksi pemain OVJ. Sehingga bimbingan orang tua sangatlah diperlukan begitu pula sikap pihak OVJ yang melarang pemainnya untuk bertindak terlalu anarkis dalam setiap shownya.
Amelia Ariyani D2C008008

Kamis, 16 Desember 2010

ONE PIECE is not PEACE for Kids

Acara yang akan saya bahas dan kritisi adalah tayangan kartun One Piece yang ditayangkan di Global TV setiap hari Minggu pukul 09.30 WIB dan Senin-Kamis pukul 19.00 WIB. Kartun ini menceritakan tentang perjuangan sekelompok bajak laut yang dipimpin oleh Monkey D.Luffy yang pergi mencari harta karun legendaris bernama "one piece" yang mengandung kisah persahabatan, kepemimpinan, petualangan, dan juga komedi. Perjalanan yang panjang membuat Luffy dan kawan-kawan menemukan tempat-tempat baru, tantangan baru, dan pengalaman baru. Tak ketinggalan di setiap perhentianya, terjadi pertarungan antara mereka dengan tokoh-tokoh hebat di setiap perhentianya. Secra keseluruhan, kartun ini dinilai sangat menarik, hal ini terbukti dengan rating one piece dan penggemarnya yang cukup banyak. Namun ada satu hal yang harus menjadi catatan disini, yaitu ketepatan target audience.
Tayangan ini secara keseluruhan memang bagus, namun mnegingat jam tayang yang kurang tepat yaitu saat prime time, dimana anak-anak masih sangat mungkin untuk menonton TV, acara ini dinilai kurang mendidik.Jika dilihat lebih jeli lagi, walaupun tayangan ini ditampilkan dalam bentuk animasi (yang identik dengan anak-anak), namun di dalamnya terdapat unsur kekerasan, pertarungan (terkadang darah terlihat dengan jelas), penggambaran tokoh perempuan di dalamnya yang terlihat sensual, serta penonjolan beberapa bagian-bagian tubuh tertentu.Hal ini tentu dinilai tidak edukatif bagi anak-anak.Di Negara Jepang, jenis-jenis kartun seperti one piece ini, ditujukan untuk remaja dan dewasa. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2008, KPI sempat mengevaluasi dan menarik tayangan ini dikarenakan tidak sesuai dengan unsur edukatif sebuah tayangan dengan ketepatan jam tayang. One piece pernah tayang  di RCTI kemudian di global TV, sempat mengalami tidak tayang kemudian saat ini tayang lagi. selain sisi negatif, menurut saya ada sisi positif dari acara ini, yaitu adanya unsur persahabatan, kasih sayang, dan rasa kekeluargaan.
Program televisi memang tidak bisa jauh dari rating, one piece bisa dikatakan cukup digemari oleh banyak orang khususnya remaja dan dewasa. Namun yang menjadi permasalahan di sini adalah penentuan jam tayang dan target audience. Dalam teorinya, dalam kondisi seperti ini seorang programer pasti akan melakukan analisis dan aksi untuk meyelesaikan permasalahan. hal yang bisa dilakukan antara lain mengubah jam tayang menjadi lebih malam, agar meminimalisir kemungkinan anak-anak menonton, selain itu pihak global TV bisa melakukan klasifikasi program apakah dewasa (D), remaja(R), bimbingan orang tua (BO), atau semua umur (SU). dalam one piece misalnya, bisa disiasati dengan diberikan peringatan sebelum atau sesudah iklan ,bahwa klasifikasi penonton untuk one piece adalh remaja dan dewasa. karena tayangan ini sudah jelas tidak aman untuk anak-anak dan orang tua pun menjadi tidak tenang dengan adanya tayangan ini di jam tayang yang saat ini.


OLEH : YOHANA DESY EKA PUTRI / D2C008079

Tugas investigasi

Ada tugas reportase investigasi dan kelompok saya mengangkat sisi lain kehidupan kampus di malam hari. Menyenangkan menginvestigasi hal tersebut, banyak pengalaman baru yang saya peroleh ketika melakukan investigasi. Bertemu dengan orang - orang baru dan berbagai pengalaman seru, menegangkan juga mengesalkan tapi semua itu menyenangkan :)
Tetap semangat teman - teman sampai kita selesai investigasi !!

Rabu, 15 Desember 2010

Siapa yang tahu tentang Indoleaks.org?

Siapa yang tahu semua info apapun tentang indoleaks.org? tolong masukkan semua informasinya dicomment ya..
(mb nurul)

CARI MODAL USAHA, JALAN KAKI SURABAYA-JAKARTA

Awalnya tidak ada yang peduli ketika sosok berbaju loreng ini melintas di lapangan Pancasila, Salatiga. Tetapi setelah diamati, di bajunya terdapat tulisan yang menarik mata “JALAN KAKI SURABAYA-JAKARTA”. Dia adalah Helman Kamal Husin (51 tahun). Sejak 25 November dia berangkat dari Surabaya menuju Jakarta.
Awalnya penderita tuna rungu ini berangkat bersama seorang temannya, Bambang Soegiarto (54 tahun). Tetapi ketika baru sampai di Madiun, Bambang tidak kuat dan memutuskan untuk pulang naik bis. Sebenarnya apa tujuan pria kelahiran Semarang ini sampai nekat berjalan kaki melintasi 3 propinsi? Ternyata dia ingin bertemu dengan presiden SBY untuk meminta bantuan untuk membuka usaha kecil-kecilan di Surabaya. Wow, sebuah usaha yang patut diacungi jempol.



Helman sudah 30 tahun tinggal di Surabaya bersama anak dan istrinya. Di sana, dia bekerja sebagai penjahit. dia berharap dapat bertemu dengan presiden atau setidaknya pemeritah yang mau memberinya bantuan. dalam perjalanannya menuju Jakarta, sehari-hari dia tidur di masjid. Untuk mencukupi kebutuhan makan, ternyata banyak orang yang bersimpati dan mau memberinya uang tanpa dia harus meminta belas kasihan.
Raut wajahnya yang sudah tua dan lelah tenggelam dalam semangat yang menggelora. semoga saja Helman berhasil mencapai apa yang diinginkannya. (Estu Gumelar)

Uya Emang Kuya

Uya Emang Kuya adalah salah satu program televisi yang tayang di stasiun teleivi SCTV pada jam 17.00 setiap hari. Program ini menyajikan proses hipnotis yang dilakukan kepada sukarelawan (atau lebih tepat disebut korban?) yang sedang menonton acara tersebut. Dengan menghipnotis seorang penonton disana, host bisa mengorek kehidupan pribadi orang yang dihipnotis itu. Pemirsa dibuat tertawa terpingkal-pingkal (kadang pilu juga) dengan jawaban bawah sadar si korban. Dengan daya tarik itu, program ini sempat memperoleh rating tinggi sehingga selalu ditayangkan pada jam yang mengawali prime time.

Namun, sejak Oktober 2010, program ini terkena peringatan dari KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) Jawa Tengah. Lewat pemantauan intensif sejak September hingga Oktober 2010, KPID Jawa Tengah memutuskan tayangan ini tidak layak tayang jam 17.00. beberapa sebab diantaranya adalah sangat berlebihan dalam mendapatkan informasi atas kehidupan pribadi korbannya, Terlalu mengumbar aib keluarga atau kondisi pacaran yang tidak sehat. Selain itu, host juga sering menggunakan kata-kata yang kurang sopan, tidak berbobot seperti tong kosong yang nyaring bunyinya.

Pada akhirnya tidak ditemukan nilai-nilai edukasi dalam program tersebut. Selain itu jam tayangnya berada di sore hari, saat anak-anak beristirahat sebelum jam belajar, maka tayangan tersebut diprotes oleh KPID Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan, tayangan itu akan rawan ditonton oleh anak-anak, padahal tidak ada esensi dari tayangan tersebut yang bernilai pendidikan.

Namun, selain kurangnya nilai edukasi dalam tayangan itu, tayangan ini juga masih bisa bernilai positif untuk masyarakat. Hal tersebut dikarenakan adanya candaan segar dari host. Pembawaan host yang kocak mampu menjadikan tayangan ini sebagai hiburan di tengah maraknya persaingan program hiburan antar stasiun televisi. Namun, kita harus tetap memperhatikan bahwa, sesekali boleh saja mengkonsumsi tayangan ini karena sifatnya yang rekreatif. Namun, untuk jangka waktu yang lama, sepertinya kurang memberikan manfaat bagi pemirsa televisi karena sama sekali tidak berbobot secara pendidikan.

Pindah Jam Tayang, SSTI Tetap “favorit” Ibu-Ibu (tugas online journalism)

Siapa yang tidak mengenal tayangan Suami-Suami Takut Istri (SSTI)? Tayangan sitkom ini mulai hadir menghibur pemirsa sejak tahun2007, setiap hari Senin sampai Jumat setelah maghrib di Trans TV. Kesuksesan tayangan ini sampai menghasilkan versi film bioskopnya, yaitu SSTI The Movie yang dirilis pada tahun 2008. Namun sekarang tayangan ini tidak lagi dapat kita saksikan pada prime time, sekarang SSTI tayang pada jam 10 pagi. Apa yang membuat tayangan komedi ini pindah jam tayang?

SSTI adalah sebuah sitkom dengan latar belakang kehidupan keluarga dalam sebuah lingkungan yang saling bertetanggaan. Mereka adalah keluarga dengan konsep yang sama, yaitu suami yang takluk kepada istrinya. Dalam setiap adegan, ketakutan suami kepada istrinya dibuat sebagai sebuah lelucon yang dapat memancing tawa. Suami yang dibentak-bentak, diperintah dengan kasar oleh istrinya tidak berani memprotes dan hanya menurut saja.

Adegan yang awalnya lucu lama-lama menimbulkan kritik dari berbagai kalangan. Tayangan tersebut secara tidak langsung menghadirkan fenomena kekerasan dalam rumah tangga oleh istri kepada suaminya. KDRT ini bisa hadir dalam bentuk fisik berupa cubitan, jeweran, dan pukulan, atau kekerasan tidak langsung dalam bentuk bentakan. Parahnya lagi adegan ini sering menampilkan sosok anak yang terlihat senang melihat ayahnya yang diperlakukan tidak pantas oleh ibunya. Selain itu, sitkom ini juga menghadirkan cerita dimana semua suami ini suka menggoda janda cantik di pemukiman mereka. Hal ini bisa saja menimbulkan persepsi bahwa semua laki-laki suka menggoda wanita cantik.

Tayangan pada jam prime time ini banyak sekali yang menyaksikan, hal yang diresahkan masyarakat adalah ketika adegan yang ada pada SSTI ditiru dalam kehidupan masyarakat kita sehari-hari. Tayangan ini dapat menjadi contoh buruk bagi keluarga. Namun dipindahnya tayangan ini ke jam 10 pagi apakah sudah tepat? Jam 10 pagi adalah waktu dimana orang-orang bekerja, sementara ibu rumah tangga sedang asyik memasak atau berberes-beres rumah, tentu saja sambil menonton tv. Bisa jadi, ibu-ibu rumah tangga semakin bebas menonton SSTI tanpa pengawasan suami mereka.

Opera Van Java: Dilema antara Kelucuan dan Moralitas


Opera Van Java tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Acara situasi komedi yang dikemas dalam bentuk opera, atau ketoprak ini menjadi salah satu acara favorit masyarakat Indonesia. Opera Van Java tayang setiap hari pada slot prime time, didukung oleh artis-artis yang terkenal sebgai komedian, antara lain Sule, Azis Gagap, Nunung, dan sebagainya. Acara ini menggunakan konsep panggung dan terdapat dalang serta sinden yang pura-puranya berada di belakang layar (namun lebih sering dalang, yang diperankan oleh Parto, masuk ke set/ panggung), sehingga menawarkan tayangan komedi yang cukup berbeda dengan tayangan-tayangan komedi lainnya.
Opera Van Java memiliki banyak penggemar. Mulai dari anak-anak hingga orang tua. Mengapa? Karena acara ini sangat lucu dan menghibur. Konsep cerita dan set panggungnya menarik serta dilengkapi dengan kostum dan iringan musik yang bagus. Celetukan-celetukan humor nya pun mudah dimengerti oleh masyarakat sehingga benar-benar dirasa lucu.
Akan tetapi, justru karena humor yang mudah dimengerti ini lah yang terkadang meresahkan. Acara Opera Van Java sering menampilkan celetukan-celetukan humor yang vulgar, padahal jam tayang nya berada pada prime time. Dalam acara ini juga mengandung banyak unsur kekerasa, baik memukul, mendorong, atau melempar benda. Meski pun terdapat tulisan “PROPERTI YANG DIGUNAKAN AMAN, JANGAN MENIRU ADEGAN DI RUMAH” akan tetapi apakah anak yang berumur dibwah 5 tahun akan mengerti? Belum tentu. Anak-anak seusia itu belajar dari apa yang mereka lihat. Sehingga tidak sepatutnya acara Opera Van Java menayangkan lelucon vulgar maupun kekerasan. Suatu humor juga dapat diciptakan melalui lelucon yang sehat, dan mungkin penampilan yang mengundang tawa, misalnya kostum yang lucu, dan sebagainya.
Sukma Ari Ragil Putri
Ilmu Komunikasi 2008
D2C008074

Program Televisi Yang Tidak Memiliki Nilai Edukasi


Program Televisi Yang Tidak Memiliki Nilai Edukasi
1-AcaraTermehekMehek2.jpg Saat ini di Indonesia banyak sekali program acara televisi yang tidak memiliki nilai-nilai edukasi. Banyak program yang sebenarnya ditujukan untuk menghibur namun realitanya memunculkan adegan kekerasan, sensualitas, hingga mistis. Program-program acara tersebut bahkan mengekspos ranah privasi menjadi konsumsi publik. Hal semacam inilah yang dapat kita lihat pada acara reality show yang menjamur di berbagai stasiun televisi. Namun sebenarnya apakah reality show ini? Acara realitas atau reality show adalah suatu program acara televisi yang menayangkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya masyarakat biasa (sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Acara_realitas). Berikut ini adalah daftar reality show yang ada di Indonesia :
  • Penghuni Terakhir (ANTV)
  • Katakan Cinta (RCTI)
  • Termehek - Mehek (Trans TV)
  • Take Me / Him Out (Indosiar)
  • Bedah Rumah (RCTI)
  • Masihkah Kau Mencintaiku (RCTI)
  • Uya Emang Kuya (SCTV)
  • Katakan Cinta (RCTI)
  • Realigi (Trans TV)
  • Minta Tolong (RCTI)
Acara Termehek-mehek merupakan program reality show yang ditayangkan setiap Sabtu dan Minggu pukul 18.15 WIB di Trans TV. Reality show yang dimulai pada 3 Mei 2008 lalu, cukup mendapat tempat di mata masyarakat. Program yang merupakan kerja sama antara rumah produksi Triwarsana dan Trans TV ini selalu menduduki top up rating program TV. Share dan ratingnya pun terus beranjak naik. Lalu, apakah tayangan ini benar-benar realita atau hanya rekayasa belaka? Menurut saya, program reality show yang ada di Indonesia saat ini banyak dibumbui oleh adegan-adegan fiktif. Adanya embel-embel reality tidak benar-benar menunjukkan kisah nyata karena adegan dalam program reality show ini hampir semua direkayasa. Selain itu, banyak adegan dalam program reality show, khususnya Termehek-mehek yang tidak mengandung nilai edukasi. Bagian ini terlihat saat terjadinya konflik yang dialami oleh client. Program ini juga sering memperlihatkan adegan kekerasan, seperti baku hantam dan kata-kata kotor yang terlontar. Hal ini jelas berpengaruh negatif bagi masyarakat terutama anak-anak yang menyaksikannya. Oleh karena itu, KPI Pusat melayangkan teguran tertulis pada Trans TV karena menayangkan adegan kekerasaan di program acara Termehek-mehek pada edisi 1 Agustus lalu. Adegan kekerasaan tersebut melanggar aturan yang ada Pasal 36 ayat (3) dan 5 (b) UU No.32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan sejumlah ketentuan yang ada di Standar Program Siaran (SPS) KPI (sumber : http://www.kpi.go.id/?etats=detail&nid=1336).
Jika kita melihat program reality show yang diproduksi di Amerika, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan di Indonesia. Hanya saja reality show yang ada di Amerika lebih rapi dalam penggarapannya dan aktor yang pintar berakting meyakinkan khalayak bahwa itu bukan akting alias nyata atau benar-benar terjadi. Misalnya saja program acara THE BACHELORETTE dan SURVIVOR. Reality show SURVIVOR ditayangkan di Amerika sejak tahun 1992 ini, menggunakan sistem audisi bagi para peserta. Peserta akan diasingkan di sebuah pulau tidak berpenghuni. Permainan ini sangat berat karena semua peserta tidak boleh membawa bekal atau barang apapun, tetapi harus bisa bertahan dalam keadaan yang serba primitif dan harus makan seadanya. Namun ternyata peserta dalam program ini tidak benar-benar menjalani kegiatan seperti yang dilihat oleh khalayak, karena mereka hanya berakting sesuai dengan script yang diberikan oleh sang sutradara. Hal ini kemudian diadopsi oleh stasiun televisi Indonesia yang menayangkan reality show, dimana beberapa adegan di dalamnya banyak yang didramatisir.

Mengapa program Termehek-mehek ini masih memiliki rating yang tinggi? Menurut saya acara-acara dalam televisi selalu mengikuti trend yang sedang digemari masyarakat atau istilahnya sedang naik daun. Ketika suatu program acara sukses, maka akan muncul program-program serupa namun konsepnya berbeda. Konsep acara Termehek-mehek sebenarnya tidak baru karena sebelumnya sudah pernah ada acara kisah pencarian seseorang dengan bantuan tim yaitu Katakan Cinta, Harap-harap Cemas, atau Playboy Kabel. Berdasarkan data AC Nielsen pada akhir tahun 2008, Termehek-mehek merupakan program paling popular dengan rating 7,2 poin dan share 27,3 persen. Program ini memiliki rating yang tinggi karena konsep dan alur cerita yang menjelaskan kisah nyata atau dibuat seakan-akan nyata, menguras air mata, dan ada konflik yang berujung pada pertemuan client dengan target. Misalnya pada episode dimana seorang klien perempuan mendapati kekasihnya sudah meninggal karena sakit, juga pada kisah dimana tim membantu kliennya seorang laki-laki untuk menemukan bekas kekasihnya yang sakit jiwa setelah putus cinta. Alur cerita inilah yang cenderung membuat masyarakat penasaran dan “ketagihan” untuk menyaksikan episode berikutnya. Ditambah lagi acara Termehek-mehek ini tayang pada waktu Prime Time, dimana sebagian besar masyarakat menyaksikan televisi.
Terlepas dari permasalahan apakah program reality show itu realita atau rekayasa, menurut saya yang harus digarisbawahi disini hendaknya masyarakat dapat selektif dalam mengkonsumsi tayangan dan program acara yang disuguhkan oleh media massa, dalam hal ini televisi. Masyarakat harus memilih tayangan yang dapat memberikan nilai-nilai edukasi, khususnya bagi anak-anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Saran bagi stasiun televisi yang menayangkan program acara yang dapat merusak moral dan etika, sebaiknya melakukan perbaikan-perbaikan terkait isi siaran program. Stasiun televisi tidak hanya mengandalkan rating, karena rating lebih mengedepankan kuantitas tanpa disertai peningkatan kualitas dari isi program. Evaluasi ini juga dimaksudkan agar masyarakat mendapatkan program yang bermanfaat, tidak lagi mengkonsumsi tayangan-tayangan yang berbau mistis ataupun tayangan yang didramatisir, sehingga harapannya masyarakat dapat lebih berfikir rasional.
Florentina Evivani W (D2C008033 Ilmu komunikasi Reguler 1)

Si Bolang merupaka tayangan dari TV swasta Trans 7, ini merupakan tayangan yang dilebihkan pada anak-anak karena meliputi tentang dunia para bocah yang berpetualang. Bocah yang memerankan Si Bolang biasanya di ambil dari anak yang memiliki prestasi sekolah di daerahnya. Karakter Si Bolang selalu menggunakan atribut yang khas dari acara ini yaitu Slayer merah, topi merah dan ransel yang juga berwarna merah.
Acara ini sangat bagus untuk anak-anak, karena dengan petualangan di daerah-daerah di Indonesia yang beragam budaya dan keindahannya. Si Bolang ditayangkan setiap hari Senin sampai Jumat, pada pukul 12.30 WIB. Menurut saya kurang tepat karena jam tersebut merupak jam sekolah anak-anak yang biasanya pulang pukul 13.00 WIB. Sehingga penonton justru para Ibu rumah tangga yang sedang bersantai siang.
Meski demikaian cerita Si Bolang cenderung terlalu berlebihan, dimana kadang petualangan mereka begitu jauh hingga keluar Propinsinya. Seharusnya petualangan yang mereka lakukan sampai keluar propinsi atau ke daerah-daerah yang tidak lazing untuk dikunjungi anak-anak, harusnya didampingi oleh orang dewasa.

suami suami takut istri


Sebuah drama komedi yang menyentuh kehidupan sosial dalam masalah berumah tangga, yang kadang terlihat berlebihan, akan tetapi acara drama tersebut cerita tak jauh berbeda dengan kehidupan nyata.


Acara ini juga sebagai bahan renungan untuk keluarga, terutama bagi seorang istri agar lebih menghormati suaminya yang berpedikat sebagai kepala keluarga, demikian juga sebagai bahan masukan bagi para suami, agar tidak berprilaku buruk hingga tidak menimbulkan prasangka buruk atau emosi terhadap istri.

drama ini menceritakan ada ketidak keseimbangan dalam melaksanakan kehidupan berumah tangga, sebagaimana diperan kan beberapa orang yang secara baik memperankan karakternya. kepemimpinan seorang istri begitu dominan dalam berumah tangga, dan para suami begitu mematuhi sang istri karena ketidak berdayaannya.

kesan yang dapat diambil saat menonton acara ini, saling menghagai menghormati, dan masing-masing individu dapat mengabil posisinya seperti kaedah dan norma yang berlaku.




Acara Music DAHSYAT di RCTI

Program acara musik yang tayang di RCTI setiap hari pukul 09.00-11.00, yang dipandu oleh Raffi Ahmad, Olga Saputra dan presenter yang bergantian sebagai pengganti Luna Maya yang sudah tidak menjadi presenter disana karena kasus video mesumnya.
Acara musik yang menjadi trendsetter bagi acara serupa ini menyedot perhatian pecinta musik di Indonesia khususnya bagi kawula muda. Dimana acara ini membahas tentang lagu-lagu yang sedang hit di Indonesia, serta mendatangkan bintang tamu yang menambah perhatian para pemirsa dan khalayak yang menyaksikannya. Keunggulan dari program ini adalah menyajikan hiburan musik-musik terbaru bagi khalayaknya.
Program ini bukan hanya mempunyai keunggulan dalam musik yang disajikan, akan tetrapi mempunyai kekurangan dalam penyajiannya. Salah satunya adalah penggunaan kata-kata yang kasar yang diucapkan oleh pembawa acaranya yaitu Olga Saputra. Selain itu juga terdapat kata-kata vulgar yang diucapnya yang semestinya tidak diucapkan.

Primitive Runaway – Menyebarkan Kesesatan Berpikir Mengenai Masyarakat Adat

Primitive Runaway adalah sebuah program yang lahir sebagai bagian dari inovasi program tayangan televisi. Keunikan dan konsep yang belum pernah ada sebelumnya menjadikan tayangan ini cukup digemari. Program baru Trans TV yang diputar seminggu sekali ini menayangkan kisah perjalanan dan aktivitas pasangan selebritas yang menetap di salah satu suku. Sekilas, penayangan program Primitive Runaway terkesan menghibur dan mengandung makna pendidikan dan promosi kekayaan berbagai suku bangsa di Indonesia. Program ini diminati oleh khalayak karena dianggap memiliki muatan edukasi untuk berkenalan dengan berbagai suku di Indonesia. Melalui program baru ini, para penonton diajak untuk belajar adat istiadat, budaya maupun kebiasaan sebuah suku.
Namun, seiring dengan popularitas dan gambaran kasat mata yang tercermin dari Primitive Runaway, program yang diproduksi dan ditayangkan Trans Tv ini sebenarnya telah menyimpang dan jauh dari kata mendidik. Bahkan, program ini cenderung menghina suku tertentu. Dari judul acaranya saja yang menggunakan istilah primitif, sudah mengarah pada adanya diskriminasi dan penghinaan. Primitif adalah istilah yang sangat kasar karena mengarah pada seseorang atau kelompok tertentu yang tidak beradab, biadab, ganas, terbelakang, kejam, dan bahkan “belum manusia” . Tujuan dari penggunaan istilah ini jelas untuk merendahkan.
Dalam tiap episodenya, program ini menayangkan kepada penonton, artis selebritis yang menunjukan ekspresi jijik, mimik tidak suka, senyum sinis, lucu, muak dan mual terhadap kebiasaan hidup, makan dan makanan, tradisi dan adat istiadat suku tertentu dalam masyarakat adat di Indonesia. Primitive Runaway mengarah pada diskriminasi negatif terhadap suku tertentu dengan tindakan menayangkan perbedaan hakiki sebagai primitif. Penayangan program yang didukung oleh visualisasi yang penuh rekayasa tersebut paling tidak akan menciptakan rekaman memori bahwa 'suku' yang dipertontonkan sebagai terbelakang.
Lewat sudut pandang yang diambil dalam tiap episodenya, Primitive Runaway menyuguhkan kesesatan dan kebohongan. Beberapa penduduk suku tertentu ditampilkan bodoh, terbelakang, dan jauh dari santun. Ada adegan di mana bintang tamu dipaksa mengenakan pakaian adat, bahkan seorang perempuan tua bertelanjang dada “beraksi” dengan berusaha melepaskan paksa busana “kota” bintang tamu.
Namun, benarkah semua yang terlihat dalam layar kaca tersebut? Benarkah bahwa masyarakat adat adalah bodoh, terbelakang, dan tidak santun. Bahwa masyarakat adat selalu memaksa tamu dari luar untuk turut menjalankan tradisi mereka. Tentu saja, sebagian besar adalah rekayasa yang selama ini memang menjadi mainan para pekerja industri televisi. Melalui Primitive runaway, pekerja industri televisi justru memprimitifkan suku tertentu, seolah menunjukan bahwa penduduk suku tertentu “belum manusia”.
Dalam siaran Primitive runaway Trans TV, Jumat (10/12) lalu, para kru acara ini bahkan melanggar aturan adat istiadat komunitas adat. Episode tersebut merekam kehidupan orang rimba, juga perempuan dan anak-anak di sana. Padahal, tidak semua kelompok orang Rimba, memperbolehkan perempuan dan anak-anak diambil gambarnya. Ada keyakinan tertentu yang melarang kamera, baik foto maupun video, mengambil gambar perempuan dan anak-anak. Namun, semua itu diabaikan oleh kru acara ini demi mengejar rating yang tinggi. Dalam episode yang sama, divisualisasikan pula adegan orang Rimba yang mengejar dan hendak menombak bintang tamu. Padahal, orang Rimba tidak mengenal budaya kekerasan seperti itu.
Inovasi kreasi media untuk tujuan hiburan semata-mata dengan segala maksud dan motif popularitas selebritis dan bisnis dibaliknya memang seolah sudah menjadi hal yang biasa ditengah-tengah kebebasan media sekarang ini. Namun, kebebasan yang diperoleh sudah sepatutnya diikuti oleh hati nurani. Kebebasan yang diperoleh seharusnya diikuti dengan tanggung jawab untuk mendidik khalayak bukan justru untuk mereproduksi dan menyebarkan kesesatan berpikir.

Rahmatul Furqan (D2C008059)

Mengkritisi Program: Uya Emang Kuya


Uya Emang Kuya adalah program yang tayang di SCTV setiap hari mulai pukul 17:30 - 18:00 WIB. Acara ini merupakan gabungan variety show dan reality show. Sebagai program yang ditayangkan pada prime time tiap hari, mestinya acara ini memiliki rating yang tinggi. Namun seperti umumnya program di Indonesia, rating yang tinggi tidak berbanding lurus dengan kualitas yang bagus.
Acara Uya Emang Kuya biasanya dibuka dengan perjalanan Uya di sebuah pusat keramaian, misalnya mall. Selanjutnya, Uya akan mempraktekkan trik-trik sulap. Tampak di situ bahwa Uya seakan bersikap superior dan berusaha tampil sebagai pusat perhatian. Di segmen selanjutnya, Uya akan menghipnotis seseorang yang ia pilih. Pertanyaan awal yang diajukan biasanya masih berupa hal-hal yang umum. Namun selanjutnya, Uya akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pribadi. Bahkan terkesan Uya ingin menciptakan ’obrolan’ yang sensasional dengan korban hipnotisnya. Acara hipnotis tersebut bakal dinilai berhasil apabila penonton merasa geli atau merasa iba. Misalnya saja, Uya menanyakan mengenai aib korban, kisah cinta, perselingkuhan, hingga penyimpangan seksual. Usai mengetahui ’kejelekan’ korbannya, Uya akan memberi sugesti yang intinya memberikan pencerahan bagi masalah yang tengah dihadapi korban. Dan di akhir acara setelah korban tersadar dari hipnotis, Uya akan mulai ’menginterogasi’ korban dengan hal yang ia sebutkan ketika terhipnotis. Kebanyakan korban menjawab tidak jujur, sehingga semua penonton tahu dan menertawai si korban.
Tidak bisa dipungkiri, acara Uya Emang Kuya memang mampu menghibur penonton. Tapi ironisnya, hiburan yang diberikan bukanlah hiburan cerdas dan mendidik. Penonton seakan digiring oleh Uya supaya menertawakan kejelekan dan aib orang lain, sementara orang tersebut tidak sadar bahwa ia ditertawakan. Yang menjadi masalah pula, acara tersebut ditayangkan pada prime time, di mana seluruh anggota keluarga -termasuk anak kecil- dapat menontonnya. Dan kita tahu bahwa anak-anak masih melakukan proses imitasi terhadap hal yang mereka terima. Lantas siapa yang bisa bertanggung jawab apabila si anak yang menonton acara Uya Emang Kuya menjadi tukang selingkuh?? Pasti bukan Uya.

nailul mona D2C 008 051

IDOLA CILIK

Idola Cilik adalah suatu acara pencarian penyanyi cilik yang disiarkan oleh RCTI sejak tahun 2008. Acara ini sudah berjalan selama tiga musim atau season, dan untuk sementara break dulu karena diisi oleh acara pencarian bakat sejenis lainnya. Di tiap musimnya, Idola Cilik menampilkan 14-16 kontestan yang akan bersaing tiap minggunya demi mendapatkan posisi juara. Dukungan murni berasal dari SMS pemirsa, sehingga kontestan yang mendapat suara terendah akan tereliminasi, atau di idola Cilik disebut ‘tinggal kelas’.

Acara ini sebenarnya cukup bagus karena pada saat itu tidak ada acara pencarian bakat untuk anak kecil. Dengan begitu, anak-anak kecil yang memiliki bakat nyanyi luar biasa bisa mendapatkan apresiasi tersendiri dari khalayak umum. Apalagi memang kontestan yang berhasil lolos ke babak semifinal mempunyai bakat yang tidak bisa dianggap remeh, ini juga karena juri-juri yang memilih siapa yang berhak lolos adalah seniman-seniman profesional di bidang tarik suara. Selain itu, acara ini bisa dibilang juga sebagai penunjang ekonomi bagi para kontestan yang keadaan ekonomi keluarganya kurang beruntung, sehingga bisa lebih menyejahterakan perekonomian kontestan dankeluarganya.

Akan tetapi acara ini juga memiliki berbagai kekurangan. Misalnya, mengatasnamakan unsur drama anak-anak sebagai aset hiburan dan bisnis. Seperti Kiki yang keadaan ekonomi keluarganya kurang mampu, dan ayahnya yang menderita cacat di beberapa bagian tubuhnya. Tidak seharusnya anak-anak dengan usia 7-14 tahun yang menjadi target Idola Cilik menyaksikan drama kehidupan yang kadang dilebih-lebihkan ini. Selain itu, lagu-lagu yang dibawakan bukannya lagu anak-anak tetapi justru lagu remaja dengan tema cinta-cintaan. Lagu-lagu seperti itu sebetulnya tidak cocok dibawakan oleh anak-anak kecil seusia mereka, yang bahkan bisa saja tidak mengerti arti dari lagu yang mereka bawakan. Tetapi mungkin ini juga dampak dari semakin sedikitnya artis anak-anak dengan lagu anak-anak yang muncul belakangan ini. Lalu kekurangan terakhirnya adalah sistem polling SMS yang dipakai untuk menentukan siapa yang akan menjadi juaranya. Dengan demikian, peran juri malah menjadi tidak terlalu dibutuhkan. Mereka kemudian hanya berperan sebagai sekedar penasihat, bukan penilai utama. Maka, terkadang yang menjadi pemenang bukan kontestan yang memiliki suara paling bagus disbanding kontestan lainnya, tetapi kontestan yang memiliki cerita kehidupan paling menarik, dan berhasil menarik simpati pemirsa untuk mendukungnya. Atau bisa juga pemenangnya adalah mereka yang mampu mengeluarkan modal sebanyak-banyaknya untuk keluarga maupun teman-temannya, agar bisa mengirim SMS terus-menerus. Acara pencarian bakat seperti ini atau yang serupa sebaiknya memakai sistem gabungan antara polling SMS dengan keputusan juri professional, sehingga yang terbaiklah yang berhak untuk menang.

Astrid Henariani - D2C008014

Kritik terhadap acara talk show bukan empat mata


Apa yang akan dikritik terhadap bukan empat mata? disini saya akan mengkritik habis-habisan acara talkshow tersebut.
Acara ini adalah sebuah acara talkshow yang ditayangkan di TV Trans7 ini dibawakan oleh pelawak yang menurut saya gak ada lucu-lucunya ya itu Tukul Arwana. Kita lihat saja setiap malam acaranya sang presenter selalu menjelek-jelekkan para penonton, kadang-kadang menghina bapak (orang tua) dari penonton. Presenter satu ini bukan hanya menjelek-jelekkan istrinya sendiri untuk menjadi bahan lawakan, dan itu ditertawakan oleh penonton, menurut saya itu sesuatu yang tidak pantas.
Kemudian acaranya yang tidak berkualitas dan tidak bermanfaat bagi masyarakat, akan tetapi, mengapa acara talkshow semacam ini bisa mendapat penghargaan pada Panasonic Award. Kita lihat dan dengar saja pertanyaan-pertanyaan yang diluncurkan kepada para bintang tamu sama sekali tidak memotivasi para audience.
Bandingkan saja dengan acara Kick Andy di MetroTV atau Rossy di GlobalTV itu malah lebih bagus, mendidik, memotivasi, acaranya dibawakan oleh orang-orang yang berkualitas dan berpendidikan juga punya norma kesopanan dan pertanyaaan yang berbobot kepada bintang tamu. Kita lihat saja Bukan Empat Mata, pertanyaannya tidak ada bobot sama sekali, dibawakan oleh orang yang tidak berkualitas dan pengetahuan kurang, bahkan laptop yang berada di hadapannya saja di remote/dikendalikan dari jauh oleh para crewnya, dan setiap bintang tamu menjawab pertanyaan selalu diberi tepuk tangan, padahal yang diucap bintang tamu itu bukanlah sesuatu yang "wah" dan itu selalu diberikan applause yang meriah oleh penonton. Ketika melihat itu saya bertanya dalam hati "what the hell?..."
acara ini kan awalnya bernama Empat Mata, akan tetapi karena melanggar aturan acara ini ditutup ingatkah anda pada saat acara empat mata ini menghadirkan sang kanibal yang fenomenal bernama Sumanto yang menayangkan sang kanibal memakan katak hidup-hidup, dan juga masalah sam presenter selalu 'cipika-cipiki' para bintang tamu. Dan mereka tak kehabisan ide, maka dibuat kembali dengan nama Bukan Empat Mata.
Akan jadi apanegara ini jika tayangan televisinya sudah tidak berkualitas dan mendidik seperti ini....

RIJALUL VIKRY
D2C008066

Selasa, 14 Desember 2010

OVJ hiburan yang salah

Acara televisi atau program televisi merupakan acara-acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi itu sendiri. Jenis program televisi dapat dibedakan berdasarkan format teknis atau berdasarkan isi. Format teknis merupakan format-format umum yang menjadi acuan terhadap bentuk program televisi seperti talk show, dokumenter, film, kuis, musik, instruksional, dll. Berdasarkan isi, program televisi berbentuk berita dapat dibedakan antara lain berupa program hiburan, drama, olahraga, dan agama. Sedangkan untuk program televisi berbentuk berita secara garis besar dikategorikan ke dalam "hard news" atau berita-berita mengenai peristiwa penting yang baru saja terjadi dan "soft news" yang mengangkat berita bersifat ringan.

Pengaturan penayangan program televisi di sebuah stasiun televisi biasanya diatur oleh bagian pemrograman penyiaran atau bagian perencanaan siaran. Pada umumnya, pihak perencanaan siaran mengatur jadwal penayangan satu program televisi berdasarkan perkiraan kecendrungan menonton peminat program tersebut. Misalnya, pengaturan jadwal tayang siaran berita di pagi hari disesuaikan dengan kecendrungan peminat penonton siaran berita. Kesuksesan sebuah program TV saat ini diukur oleh tingkat konsumsi program tersebut oleh pemirsa atau biasa disebut rating. Pengukuran rating dilakukan oleh lembaga riset yang menempatkan alat bernama "people meter" pada beberapa responden. saat ini stasiun televisi yang ada saling berlomba-lomba untuk mendapatkan rating tertinggi dengan berbagai macam program yang ditayangkan. dengan berlomba-lomba mendapatkan rating yang tinggi, kebanyakan program acara televisi yang ada saat ini tidak mengindahkan aturan-aturan penayangan acara program televisi yang ada, dimana salah satunya program acara hiburan seperti Opera Van Java yang memiliki rating tinggi dan ditayangkan pada saat prime time di Indonesia. acara ini memang sangat menghibur, apalagi letaknya di saat yang tepat. tetapi acara ini tidak memperhatikan kualitas hanya memperhatikan kuantitas rating dari acara tersebut, di acara ini terdapat banyak lawakan yang seharusnya tidak ditayangkan, belum lagi kata-kata yang tidak sopan sering dikeluarkan, adegan kekerasan yang dilakukan walaupun alat atau benda yang digunakan terbuat dari benda yang tidak berbahaya. tetapi memang hal itulah yang membuat rating dari acara ini sangat tinggi, jadi acara ini tetap mempertahankan semua lawakan, kata-kata yang tidak sopan, dan adegan kekerasan yang semestinya tidak patut ditayangkan, karena acara ini tidak hanya ditonton orang dewasa dan acara ini diletakkan di prime time, yang berarti semua umur, segala kalangan, dan saat khalayak sedang menonton televisi.

kesalahan yang dilakukan sudah terlanjur lama, sehingga program acara lainnya yang setipe dengan OVJ juga tidak akan mau meninggalkan ciri khas acara tersebut, demi tingkat rating yang diperoleh walaupun acara itu tidak mendidik atau kurang baik. saat inipun khalayak umum diminta untuk bisa lebih bijaksana untuk menonton tayangan program televisi yang ada.


Ardheka rieswirandhi

D2C008012

Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP 2008

Sinema Laga di Stasiun Televisi Indosiar


Beberapa stasiun televisi biasanya menyediakan tayangan yang mengikuti mayoritas selera masyarakat dan mengikuti trend masa kini. Karena dengan menyediakan tayangan yang disukai oleh masyarakat, hal tersebut dapat meaikkan ratting dari sebuah stasiun televisi. Namun, di stasiun televisi Indosiar, seringkali menayangkan acara sinema laga yang terkadang tidak masuk akal. Selain itu, sinema laga tersebut menceritakan keadaan zaman dahulu yang cara pengemasannya tidak menarik bagi masyarakat zaman sekarang.
Sebagian kecil masyarakat seperti kalangan orang tua memang menyukai sinema laga tersebut, namun ada baiknya memberikan tontonan yang lebih dominan selera masyarakat dan mengikuti perkembangan zaman sehingga akan menaikkan ratting stasiun televisi itu sendiri. Dan jika ada anak kecil yang menonton sinema laga tersebut, akan memberikan dampak negatif pada anak, misalnya terdapat adegan pertarungan, bisa saja anak kecil yang menonton akan mengikuti gerakan dalam pertarungan tersebut.


By Robiatul Adawiyah
Ilmu Komunikasi 2008 D2C008071

Intens: Wajah Baru Silet











Oleh : Taufik Rahmad Setyadi N. (D2C008075)

“Kami akan menyajikan berbagai peristiwa setajam silet”

Itulah sedikit petikan dari tagline yang selalu dipekikkan presenter program acara “Silet” ketika memandu tayangan Infotaintment yang cukup ternama ini. Saya akan mendeskripsikan sekilas tentang program Infotainment ini. Silet pada awalnya merupakan program acara feature yang tayang setiap akhir pekan. Program ini menyajikan berbagai human interest dengan tema yang berbeda setiap minggunya. Tidak begitu lama, rating program acara ini “meroket” dan kemudian intensitas penayangannya dalam seminggu bertambah. Selain itu, warna beritanya bertambah dan masih berkisar tentang human interest. Sekian lama program acara silet ini terus menyihir penonton karena tema-tema yang disajikan adalah tema yang sedang hangat di masyarakat. Disaat program acara lain yang mengangkat isu-isu yang berubungan dengan dunia ghaib, seperti : Dunia Lain dan Uka-Uka, Silet turut mencabangkan tema yang ditayangkan dan cukup mendapatkan tanggapan yang bagus dari masyarakat selama kurang lebih dua tahun. Dan akhir-akhir ini, ketika tema-tema yang berhubungan dengan dunia artis mulai digandrungi masyarakat, Silet pun kembali merubah haluannya dan menceburkan program tayangannya menjadi tayangan infotainment. Itulah sedikit deskripsi penulis tentang tayangan Silet yang “mereka” gembor-gemborkan sebagai salah satu pelopor jurnalisme infotainment.

Dalam mengamati fenomena program Silet, penulis akan banyak mengacu pada pemikiran Iswandi Syahputra dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Infotainment : Kancah Baru Jurnalistik dalam Industri Televisi karena dirasa sangat membantu penulis dalam mengamati fenomena program acara ini. Lantas, bagaimana kita menyikapi jurnalisme infotainment? Banyak kesimpangsiuran berkaitan dengan isu-isu jurnalisme infotainment diantara para pekrja jurnalis. Banyak yang berkata bahwa “pekerja infotainment”—saya lebih senang menyebutnya pekerja infotainment karena saya sendiri kurang setuju jika mereka disebut sebagai jurnalis—telah menyalahi berbagai aturan sebagai seorang wartawan. Tetapi, menurut Iswandi Syahputra yang mengutip Berger dan Luckmann, munculnya infotainment merupakan eksternalisasi atas liberalisasi dalam industry media. Sedangkan berbagai penolakan terhadap adanya istilah jurnalistik infotainment merupakan bagian dari proses objektivikasi. Dengan kata lain, kita tidak bisa mengungkiri keberadaan infotainment di tengah-tengah masyarakat karena ini merupakan realitas dalam masyarakat dan masyarakat menerimanya sebagai sesuatu yang wajar. Yang menjadi permasalahannya adalah bukan dari aspek penerimaan wajah infotainment di masyarakat melainkan bagaimana istilah “jurnalistik“ dikaitkan dalam sebuah program acara infotaintment dimana menelanjangi privasi seseorang (artis) dan yang lebih parahnya sering kali artis tidak berdaya ataupun sengaja menyerahkan “’dapur rumah tangga” mereka sendiri untuk menjadi bahan obrolan di masyarakat. Selain itu, pekerja infotrainment tidak bekerja seperti layaknya seorang wartawan yang “sesungguhnya’ yang memegang teguh kode etik jurnalistik.

Silet , sebagai sebuah tayangan infotainment menurut Iswandi Syahputra memiliki Sembilan kesalahan.
Pertama, gosip sebagai berita. Intinya, gosip bukanlah berita dan berita tidak bisa dibuat gosip. Berita mengandung unsur kebenaran, informasi dan keterbaruan. Informasi yang disajikan oleh berbagai tayangan infotainment yang ada tidak memberikan check and re-check terhadap pemberitaannya.
Kedua, mencari-cari alasan. Bersikap kritis bukan berate mencari-cari kesalahan. Berbagai sikap yang ditunjukkan seorang wartawan semata-mata demi kepentingan publik.
Ketiga, pemaksaan. Cara-cara yang digunakan oleh pekerja infotainment sering kali menggunakan jalan pemaksaan ketika narasumber yang dimintai keterangan kurang dapat bekerjasama. Cara-cara seperti ini tidak dibenarkan untuk seorang watawan.
Keempat, dramatisasi. Dramatisasi kadang perlu digunakan untuk menggugah sisi humanis manusia tetapi tidak dibenarkan jika dramatisasi dibuat secara mengada-ada.
Kelima, opinisasi. Dalam dunia infotainment yang terjadi justru opinisasi sistemik, yaitu praktek pembentukan opini yang diproduksi secara sadar, tendensius dan berpretansi yang secara langsung dibacakan oleh presenter melalui berbagai narasi.
Keenam, penggunaan media. Tayangan infotainment yang merupakan produk production house bukan merupakankan produk dari stasiun televisi yang merupakan media ruang publik. Dengan kata lain, infotainment tidak masuk dalam ruang publik.
Ketujuh, mengumbar privasi. Sudah jelas infotainment mengumbar privasi yang bukan menjadi kebutuhan dalam ruang publik dan hal ini sangat tidak dibenarkan di dalam kode etik jurnalstik.
Kedelapan, mengancam. Ancaman terhadap narasumber untuk memberikan informasi adalah tidakan yang tidak mengikuti kaidah jurnalistik
Kesembilan, penggunaan istilah. Pekerja infotainment dengan mudah menyebut seseorang yang muncul di televisi adalah seorang artis dan disimpulkan bahwa publik berhak tahu privasinya. Sangat jelas bahwa pekerja infotainment menodai hak privasi seseorang.

Sebagai tindakan atas puncak kekecewaan masyarakat terhadap tayangan infotainment Silet, bebeapa saat lalu muncul somasi dai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Somasi tersebut berkaitan dengan berita bohong yang meresahkan masyarakat berkaitan dengan peristiwa bencana merapi di Yogyakarta. Setelah itu, tayangan Silet menghentikan siarannya beberapa saat dan meminta maaf kepada masyarakat yang merasa dirugikan atas pemberitaan yang tidak benar tersebut.

Kini, Silet berganti nama menjadi Intens untuk merubah image yang telah hancur di mata masyarakat. Dengan mengganti presenter dan temanya lebih terfokus pada kehidupan lain artis, kini Intens tengah berjuang untuk menata diri agar dapat diterima oleh masyarakat.

Sekarang saatnya kita sebagai insane yang melek informasi dapat menyikapi semua secara bijak. Kita tidak bisa mengahakimi suatu tayangan tersebut jelek akan tetapi kita juga harus melihat cover both side bahwa tidak bisa dipungkiri bahwa tayangan tersebut diterima masyarakat. Salam.

SUPERBOY: Bukan Tontonan Anak

Superboy adalah sebuah acara televisi yang ditayangkan oleh Indosiar Senin sampai Jumat pukul 18.00 WIB. Superboy berkisah tentang seorang laki- laki bernama boy yang bekerja sebagai pembantu namun di malam hari, boy berubah menjadi superhero yang menumpas kejahatan di kota Jakarta.
Karena bercerita tentang superhero layaknya Spiderman dan Superman, tidak heran jika anak- anak menggemari acara Superboy ini padahal acara ini ditayangkan pada jam belajar mereka. Tidak jarang anak- anak menunda belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah untuk menonton Superboy.
Lembaga Sensor Indonesia mengklasifikasikan Superboy ke dalam golongan acara BO (Bimbingan Orang Tua) namun seharusnya pihak yang memproduksi acara ini menyesuaikan isi tayangan dengan audiensnya. Tayangan Superboy ini sebenarnya kurang patut disaksikan oleh anak- anak karena tidak mendidik. Banyak kata- kata tidak pantas yang diucapkan tanpa sensor. Selain itu, aktris Superboy kerapkali mengenakan pakaian minim dan terkesan vulgar. Selain itu, sering menampilkan adegan kekerasan dan seronok.
Apa yang dilihat dan didengar oleh anak- anak akan mempengaruhi pikiran dan prilakunya. Oleh karena itu, media populer seperti televisi harus peka terhadap hal tersebut. Secara tidak langsung, media ikut membentuk pola prilaku anak. Peran orang tua juga penting untuk mengawasi anaknya dalam menyerap tayangan televisi.



Rizka Amalia
D2C008070

Program Acara “Jika Aku Menjadi…” di Trans TV

Dalam Jika Aku Menjadi… (JAM) diceritakan mengenai seseorang—biasanya mahasiswi—yang tinggal selama beberapa hari dengan keluarga yang kurang mampu dan harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tugas mahasiswi di situ adalah untuk membantu pekerjaan bapak atau ibu pemilik rumah. Seperti pada sebuah episode yang menurut saya cukup menarik, seorang mahasiswi bernama Tasya, ikut membantu seorang bapak (saya lupa namanya, sebut saja Pak Heri) membuat batu bata. Tasya, yang jijik saat menemukan cacing di dalam tanah yang akan dicetak, menangis karena dia tidak bisa membayangkan betapa kecilnya uang yang diperoleh dari pekerjaan seberat itu. Pak Heri hanya mendapat Rp 15.000,- untuk 1000 buah batu bata yang dibuatnya.

Meskipun bertugas untuk membantu pemilik rumah, namun ada juga mahasiswi yang justru terkesan ‘manja’ dan merepotkan. Pada episode lain yang mengulas tentang kehidupan pembuat alu (alat penumbuk) dari batu, saya sampai gemas melihat kelakuan si mahasiswi. Baru sebentar memegang alu, dia sudah mengeluh yang macam-macam, berat lah, capek lah. Sudah begitu, bukannya melanjutkan pekerjaan, dia malah menangis karena kecapekan. Akhirnya sang bapak pembuat alu terpaksa meninggalkan pekerjaannya demi menenangkan si mahasiswi. Haduh… Bukannya itu justru malah merepotkan sang pemilik rumah? Selain itu, si mahasiswi biasanya juga mencari tahu kepada mereka, bagaimana rasanya hidup dengan kondisi yang serba sulit itu selama bertahun-tahun, apakah ada keinginan anak mereka yang belum bisa mereka wujudkan, atau adakah sesuatu yang sejak lama mereka impikan, tapi hingga sekarang belum terlaksana. Tidak jarang dalam momen perbincangan ini, mahasiswi menangis mendengar cerita kehidupan mereka yang menyedihkan. Bapak dan ibu pemilik rumah pun sering ikut menangis ketika menceritakan perjuangan hidup mereka yang berat untuk mencari penghasilan.

Dirintis pada akhir tahun 2007, program JAM bisa dibilang sukses mengambil hati para pemirsanya. JAM berbeda dari acara-acara sejenis di stasiun televisi lainnya, karena JAM memperlihatkan seluk beluk perjuangan hidup seseorang untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya melalui pekerjaan yang berat dan melelahkan, tanpa dibubuhi dengan adegan-adegan yang terkesan berlebihan dan didramatisir. Kalau boleh membandingkan, JAM terlihat lebih natural daripada acara Tolong! di RCTI ataupun Bedah Rumah. JAM juga banyak menampilkan pekerjaan yang memprihatinkan, seperti tukang penjual keranjang anyaman bambu, pencari belut, tukang sampah, pembuat batu bata, dan sebagainya. Kondisi tersebut diperparah dengan keadaan ekonomi mereka yang sangat minim, sehingga hal itu mampu membangun empati bagi orang-orang yang menontonnya. Kekurangan JAM adalah pada segi penempatan waktu. Saya kurang setuju jika acara bagus seperti itu ditempatkan pada jam 5 sampai jam 6 sore, karena pada jam-jam itu, orang cenderung mematikan televisinya untuk beristirahat atau mempersiapkan ibadah shalat maghrib.
(RANGGI LARISSA IZZATI / D2C008060)

"Cantik" Ala Bukan Empat Mata


Menggeliatnya berbagai stasiun televisi nasional di Indonesia, membuat persaingan semakin ketat. Setiap stasiun televise memiliki program unggulan sendiri untuk menarik perhatian audience. Tuntuntan masyarakat yang membutuhkan hiburan, membuat salah satu televise Swasta Trans7  banyak menyajikan program-program hiburan. Salah satu program unggulannya adalah Bukan Empat Mata yang tayang setiap Senin_jumat pukul.21.45 WIB. Program itu menampilkan kekutan acara pada karakter host, Tukul Arwana yang terkenal dengan banyolannya dan katrok.
            Acara ini dikemas ke dalam sebuah talkshow dengan mengundang artis sebagai bintang tamu. Kalu lebih dicermati, Bukan Empat Mata tak pernah lepas dari perempuan. Dari mulai acara dimulai, bumper in sudah menampilkan perempuan-perempuan yang bertubuh langsing dan seksi. Di samping itu, sebagai pendamping Tukul tidak pernah sendirian dalam memandu acara, dia selalu ditemani perempuan yang pastinya seksi, Vega dan Cynthia. Ditambah lagi, kebanyakan bintang tamu berasal dari para perempuan. Seperti dalam tayangan Bukan Empat Mata 14 Desember lalu, Angel Lelga yang berprofesi sebagai penyanyi dangdut diundang sebagai bintang tamu. Di tengah perbincangan Tukul memuji Anel Lelga dengan fisiknya yang sempurna dan memanggilnya dengan “yayang”. Perlakuan Tukul yang menggoda pada bintang tamu yang cantik dan seksi berbeda jika dia memperlakukan bintang tamu yang yang tidak dalam kategori cantik menurut Tukul seperti berbadan langsing, tinggi, dan putih. Seringkali bintang tamu itu malah diolok-olok dan dijadikan bahan tertawaan oleh Tukul.      
Keadaan demikian memberikan pengertian, terutama acara Bukan Empat Mata mengkonstruksikan perempuan yang “cantik’ adalah perempuan yang tinggi, putih, dan seksi. Sehingga, konstruksi yang dibuat sedemikian rupa membuat penonton menganggap perempuan “cantik” seperti yang selama ini ditanamkan oleh media.

RENY MARUTA WIJAYA 
D2C008061

Investigasi Yang Bukan Investigasi

Tentu Anda pernah mendengar atau melihat acara Investigasi Selebriti. Acara yang ditayangkan di Trans TV setiap hari Senin sampai Jumat pukul 17.30 ini menampilkan berita tentang selebritis secara mendalam. Berita mengenai selebritis Indonesia tersebut dikupas selama 30 menit.

Yang menjadi persoalan adalah nama acara dari Investigasi Selebritis. Mengapa diberi nama investigasi? Apakah dalam peliputan menggunakan teknik investigasi atau berita yang disajikan adalah berita investigasi? Jawabannya adalah tidak. Berita yang disajikan lebih kepada berita mendalam atau in-depth reporting, seperti misalnya berita liburan Anang beserta kedua anaknya di Pulau Komodo. Selain itu kebanyakan beritanya tidak menyangkut kepentingan publik, walaupun beberapa kali dibahas topik mengenai isu-isu sosial seperti banjir atau korupsi. Berita yang dihadirkan kebanyakan hanya kegiatan selebritis, pertengkaran selebritis, atau kasus-kasus yang menimpa selebritis Indonesia. Hal tersebut tentu jauh dari yang namanya investigasi.

Terlepas dari nama acara yang agak ‘melenceng’ dari konten acaranya, Investigasi Selebritis masih dijadikan salah satu hiburan yang diminati oleh masyarakat karena acara tersebut disajikan di jam yang mendekati prime time yakni pukul 17.30. Selain itu, kesan acaranya yang ‘glamour’ membuat keunikan tersendiri pada acara tersebut. Untuk persoalan kualitas acara, tentu Anda yang menilai sendiri apakah acara tersebut berkualitas atau tidak.

Septiana Wulandari D2C008072